SWS Bird Farm Trenggalek ternyata bukan peternak pemula. Kiprahnya di dunia hobi ternak derkuku dimulaii pada tahun 1987 lalu. Waktu yang tergolong cukup lama dan layak disebut sebagai peternak senior. Namun perjalanan hobi dan ternak milik Sanyoto ini akhirnya dinyatakan vakum.
“Saya memulai ternak derkuku sejak tahun 1987 lalu, namun saat itu hasilnya kurang memuaskan. Ada rasa yang membuat saya kurang semangat menekuni ternak derkuku,” terang Sanyoto mengawali obrolan. Kenyataan itulah yang akhirnya memutuskan untuk absen dulu di dunia hobi derkuku.
Keputusan untuk tidak lagi fokus pada derkuku diperkuat dengan kesibukan baru yang menuntut perhatian penuh. Kondisi itulah yang akhirnya mengantarkan Sanyoto sebagai dekoemania pasif. Pasca vakum, Sanyoto mengaku tetap melanjutkan ternak derkuku dan hasilnya disebarkan ke beberapa rekan-rekan.
“Setelah saya tidak aktif lagi, saya sebenarnya tetap ternak dan hasilnya saya berikan pada teman-teman yang bersedia menerima karena hasil ternak saya tidak ada yang bagus. Dijual pasti tidak akan laku, kalaupun ada yang mau, pasti harganya sangat murah, makanya lebih baik saya berikan pada teman-teman yang mau,” urai Wakil Ketua Derkuku Trenggalek.
Seiring perjalanan waktu, SWS Bird Farm akhirnya hanya menyisakan dua pasang indukan dari sekian jumlah indukan yang dimilikinya ketika itu. Karena sudah tidak aktif lagi, Sanyoto berusaha untuk melepas kedua indukan tersebut, namun tidak ada satupun dari mereka yang menyatakan berminat.
Padahal ketika itu, indukan yang salah satunya bernama Explorer, ring KLM Bird Farm Ngunut Tulungagung milik almarhum Bang Yusuf, dibelinya dengan bandrol mahal karena burung ini masuk sebagai orbitan jawara. Bahkan ada rekan-rekan yang bersedia mengambilnya dengan harga murah.
Akhirnya kedua pasangan tersebut hanya bisa menjadi penghuni kandang ternak SWS Bird Farm untuk terus meneruskan rutinitas sebagai materi indukan. Ketika itu tidak ada lagi perhatian penuh padanya. Yang terpenting ada makan dan minum yang tidak sampai mengalami keterlambatan.
Sampai akhirnya pada akhir 2019, Sanyoto menyatakan kembali sebagai dekoemania. Ada keinginan lama yang tidak bisa dihilangkan. Status yang pernah disandangkan sebagai pelomba dan peternak tidak bisa musnah meski lama tidak lagi aktif sebagai dekoemania. Ada rasa rindu dan kangen ingin mengulang kembali kesibukan di dunia hob derkuku.
Sejak saat itulah Sanyoto langsung berburu indukan yang akan mengisi kandang ternaknya. Selain dua indukan yang masih bertahan, beberapa nama materi baru dari farm seperti Anak Sholeh, Putra Kelantan, DHM, B2W dan beberapa farm lain, resmi menjadi calon penghuni kandang ternak yang berlokasi di Sumber Gedong Trenggalek Kota.
“Saya ambil dari beberapa farm karena semua punya kelebihan, saya tidak fanatik pada satu farm karena dinilai ada kekurangan, makanya saya menutupi kekurangan tersebut dari indukan farm lain. Alhamdulillah sekarang sudah lumayan. Setiap lomba dapat piala dari ternakan sendiri,” ungkap Sanyoto lagi.
Dua indukan yang ternyata tidak laku terjual, ada hikmah yang bisa diambil. Sanyoto mengaku bersyukur kedua indukan tersebut tidak ada yang berminat sesuai harga yang ditawarkan. Karena kedua indukan inilah yang memiliki peran dalam mencetak anakan bagus dari silangan yang ia dapatkan dari materi-materi baru.
Lebih lanjut Sanyoto mengakui bahwa sebenarnya sekarang tetap sibuk, tapi karena hasil lebih memuaskan, maka keinginan untuk tetap eksis membuat semangat untuk menjadi peternak muncul kembali. Ditengah kesibukan urusan kantor, Sanyoto berusaha untuk mengecek kondisi kandang. Pagi sebelum berangkat ke kantor dan sore saat pulang. Dengan jumlah kandang sebanyak 20 petak, SWS Bird Farm kini menatap hari depan dengan optimis.